Hadist pertama :
عن معقل بن يسار رضي الله عنه: أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال: "قلب القرآن ((يس))، لا يقرؤها رجل يريد
الله والدار الآخرة: إلا غفر الله له، اقرؤها على موتكم."
Artinya : “Hati
al Qur`aan adalah “Yaasin”, tidaklah membacanya seorang lelaki yang
menginginkan Allah dan kehidupan akhirat; kecuali Allah Ta`aala akan
memberikan ampunan baginya, bacakanlah “Yaasin” itu atas orang yang
meninggal diantara kalian.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullah
telah berkata : “Hadist ini dho`iif (lemah), diriwayatkan oleh: Ahmad,
Abu Daawud, an Nasaaiiy dan lafadz ini bagi an Nasaaiiy , dan Ibnu
Maajah, dan al Haakim dan dishohihkan olehnya.
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala: “Tidak terdapat
disisi yang lainnya kecuali perintah untuk membacanya, kemudian disisi
an Nasaaiiy di “al `Amal” dan lafadznya:
ويس قلب
ويس قلب
Isyaarah secara ringkas, secara
sempurna riwayat ini terdapat di “al Musnad”, sedangkan dalam sanadnya
terdapat para rawi yang majhuul dan juga sanadnya goncang, dan
dikeluarkan juga di dalam : “ad Dho`iifah” no. (6843).
6843- ( "البقرة" سنام القرآن وذروته، ونزل
مع كل آية منها ثمانون ملكا، واستخرجت ((الله لا إله إلا هو الحي القيوم))
من تحت العرش فوصلت بها-أو : فوصلت ب-سورة ((البقرة))، و((يس)) قلب
القرآن، لا يقرؤها رجل يريد الله تبارك وتعالى والدار الآخرة، إلا غفر له،
واقرؤوها على موتكم).
Artinya : “al
Baqarah adalah puncak al Quraan dan yang tertinggi, dan turun bersama
setiap ayat dari al Baqarah tersebut delapan puluh orang Malaikat, dan
dikeluarkan ayat al Kursi dari bawah al `Arsy maka disambungkan dengan
surah al Baqarah, dan Yasin adalah hati daripada al Quraan, tidaklah
membacanya seorang lelaki yang menginginkan Allah Tabaaraka wa Ta`aala
dan kehidupan akhirat; kecuali diampuni dia, dan bacakanlah Yasin itu
atas orang mati.”
Asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu
Ta`aala berkata : Munkar. Dikeluarkan oleh Ahmad (5/26) : telah
menghadistkan kepada kami `Aarim: telah menghadistkan kepada kami
Mu`tamir dari bapaknya dari seorang lelaki dari bapaknya dari Ma`qil bin
Yasaar marfuu`an.
Dan telah diriwayatkan juga oleh an Nasaaiiy di “`Amalul Yaum wal Lailah” (581/1075) dari jalan lain dari Mu`tamar; secara ringkas atas perkataan :
Dan dikeluarkan oleh Abu Daawud dan
Jamaa`ah bahagian terakhir darinya. Dan riwayat lain bagi Ahmad (5/27),
dan an Nasaaiiy (1074), dari jalan Sulaimaan at Taimiy dari Abi
`Utsmaan- bukan an Nahdiy- dari bapaknya dari Ma`qil bin Yasaar.
Berkata asy Syaikh al Albaaniy
rahimahullahu Ta`aala: “ini sanadnya dho`iif; dikarenakan tidak
dikenalnya lelaki dan bapaknya dalam sanad ini, adapun perkataan al
Haitsamiy di “al Majma`” (6/311): “telah meriwayatkan Ahmad, padanya ada
seorang rawi tidak disebutkan namanya, sementara rawi rawi yang lainnya
adalah rawi rawi shohih.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy :
“padanya ada kelalaian…., dan yang benar dikatakan : “dua orang rawi
yang tidak disebutkan nama mereka.”
Padanya ada kecacatan selain itu; yaitu : goncangnya sanad hadist ini; lihat kembali di “al Irwaa”
(3/150-151) kalau kamu ingin, dan padanya : bahwa ad Daaruquthniy
berkata : “Hadist ini dho`iiful isnad, majhuulul matan, tidak satupun
hadist shohih dalam hal ini.”
Oleh karenanya; tidak baik sebenarnya al Mundziriy mendiaminya di “at Targhiib” (2/222/1) dan menampilkannya dengan kata kata : “`An”!, demikian juga asy Syaikh an Naajiy di “`Ujaalatuhu”
(Q146/1), sekira kira disibukan bantahan terhadapnya; karena dia
memuthlakkan penyandarannya terhadap an Nasaaiiy, sepantasnya bagi dia
untuk mengikatkannya dengan “`Amalul Yaum wal Lailah.” (ad Dho`iifah 14/2/787-788 no.6843).
Diriwayat lain :
6844- (إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
Artinya : “Sesungguhnya
saya telah mewajibkan atas ummat saya membaca surah Yasin setiap malam,
maka barang siapa yang selalu membacanya setiap malam, kemudian dia
maninggal, meninggalnya dalam keadaan syahiid.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Diriwayatkan oleh Abu asy Syaikh di “as Tsawab”, dari jalannya asy Syaikh as Syajriy di “al Amaaliy” (1/118)
berkata : telah menghadistkan pada kami Ibnu Abi `Aashim : telah
menghadistkan pada kami `Umar bin Hafsh al Washaabiy : telah
menghadistkan pada kami Sa`iid bin Muusaa : telah menghadistkan pada
kami Rabaah bin Zaid dari Ma`mar dari az Zuhriy dari Anas marfuu`.
As Sayuuthiy menampilkan riwayat ini di “Dzeilul Ahaadiist al Maudhuu`ah” (hal.24) dari riwayat Abi asy Syaikh, kemudian beliau berkata : “Sa`iid rawi yang dituduh”. Diakui oleh Ibnu `Iraaq di “Tanziihus Syarii`ah” (1/267).
Dan dari jalan al Washaabiy disebutkan
bahagian yang kedua darinya- “barang siapa mengamalkannya terus
menerus….”- at Thobbaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir” (hal.210-Hindiyah), dari jalannya al Khathiib di “at Taariikh) (3/245), dan berkata at Thobbaraaniy : “menyendiri dengannya Sa`iid.” Berkata al Haitsamiy di “al Majma`” (7/97) : “diriwayatkan oleh at Thobbaraaniy di “as Shoghiir”, padanya ada Sa`iid bin Muusaa al Azdiy, dia pendusta.”
Baginya masih ada hadist hadist yang lain, maudhuu` (palsu) sangat jelas kepalsuannya, salah satunya di “as Sunnah” oleh Ibnu Abi `Aashim (1/305-306/696).
Telah lewat baginya hadist yang ketiga dengan no. 594. (ad Dho`iifah 14/2/789 no.6844).
Hadist kedua :
"إن لكل شيء قلبا، وقلب القرآن ((يس))، ومن قرأ ((يس)): كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات."
Artinya : “Sesungguhnya
bagi segala sesuatu ada hati, dan hati al Qur`aan adalah “Yaasin”, dan
barang siapa membaca “Yaasin”: Allah Tabaaraka wa Ta`aala menuliskan
baginya dengan bacaannya itu seperti membaca al Qur`aan sepuluh kali.”
Ada tambahan riwayat :
"دون يس"
“Tanpa disebutkan “Yaasin.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Asy
Syaikh al Albaaniy berkata : “Tambahan ini tidak terdapat dalam sunan
at Tirmidziy, tidak terdapat sedikitpun dari hadist hadist “Yaasin”, dan
as Sayuuthiy telah menampilkan jumlah yang sangat banyak di “ad Durrul Mantsuur”
(5/256-257), dan saya tidak mengetahui baginya ma`na disini, zhohirnya
ini adalah lemah. Sedangkan ahli tahqiiq yang tiga orang menyandarkannya
kepada at Tirmidziy di nomor (2887) dan membiarkannya demikian saja.
Berkata Abu `Iisaa (al Imam at
Tirmidziy) : “Hadist ini hasan ghariib tidak kami ketahui kecuali hadist
dari Humeiid bin `Abdurrahman, dan di Bashrah mereka tidak mengetahui
dari hadist Qataadah kecuali dari jalan ini. Dan Haaruun Abu Muhammad
seorang syaikh yang majhuul (tidak dikenal).
Berkata al Imam at Tirmidziy : telah
menghadistkan kepada kami Abu Muusa Muhammad bin al Mutsanna; telah
menghadistkan kepada kami Ahmad bin Sa`iid ad Daarimiy; telah
menghadistkan kepada kami Qutaibah dari Humeid bin `Abdurrahman dengan
hadist ini.
Hadist ketiga :
Dan pada bab ini juga dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya lemah.
Sunan at Tirmidziy (5/150).
Sunan at Tirmidziy (5/150).
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له."
Artinya : Dari Jundub radhiallahu `anhu berkata : berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang membaca “Yaasin” pada malam hari mencari Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengampuni dosanya.”
Berkata asy Syaikh al Baaniy rahimahullahu `Ta`aala : Hadist ini dho`iif (lemah).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : hadist ini diriwayatkan oleh Maalik dan Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibban di “shohihnya”, (6/312 no.2574 pent.), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir” (1/149) dan “al Ausath” (4/21 no.3509 pent).
6844- (إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له."
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibbaan (665-mawaarid).
Dikeluarkan oleh Abu Nu`eiim (4/130) dan berkata beliau : "Hadist ghariib (dho`iif/lemah), tidak meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia adalah: `Abdul Ghaffaar bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin (kelemahan)."
169- (إن لكل شيء قلبا، وإن قلب القرآن (يس)، من قرأها: فكأنما قرآ القرآن عشر مرات).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : dia pada no. (1035).
Dan hadist ini diantara hadist-hadist yang telah menghiasi as Sayuuthiy kitabnya "al Jaami`us Shoghiir", demikian juga as Shobuniy di "mukhtashornya" (3/154), dia menda`wakan bahwa dia tidak menyebutkan kecuali hadist yang shohih saja!, sekali-kali tidak; ini hanya da`waan belaka!
"Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah", karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala, (1/212-214 no.169).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : hadist ini diriwayatkan oleh Maalik dan Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibban di “shohihnya”, (6/312 no.2574 pent.), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir” (1/149) dan “al Ausath” (4/21 no.3509 pent).
Kemudian berkata as Syaikh al Albaaniy :
padanya ada `an`anah al Hasan al Bashriy, sedangkan pengembaliannya
kepada Ibnu as Sunniy salah atau tidak disengaja, sesungguhnya disisinya
no.(668) dari jalan al Hasan dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu!
Hadist ini juga dikeluarkan oleh beliau di dalam “ad Dho`iifah”
(14/293-296 no.6623); dan berkata beliau : diriwayatkan dari hadist Abi
Hurairah dan Jundub bin `Abdullah dan `Abdullah bin Mas`uud dan Ma`qil
bin Yasaar al Muzaniy radhiallahu `anhum.
1.
Adapun hadist Abi Hurairah : ini yang paling masyhuur; dikeluarkan oleh
ad Daarimiy (2/457), at Thoyaalisiy (2/23 no.1970), Ibnu as Sunniy
(217/268), al `Uqailiy di “ad Dhu`afaa” (1/203), Abu Ya`laa (11/93-94),
Ibnu `Adiy (1/416 dan 2/299), at Thobaraaniy di “al Mu`jamus Shoghiir”
(hal.82 Hindi), di “al Ausath” (4/304/3533), Abu Nu`eiim di “al Hilyah”
(2/159) dan di “Akhbaaru Ashbahaan” (1/252), al Baihaqiy di “asy
Syu`abu” (2/480/2462-2464), al Khathiib di “at Taarikh” (3/253), Ibnul
Jauziy di “al Maudhuu`aat” (1/247) dari berbagai jalan dari al Hasan
dari Abi Hurairah marfuu`an. Dan berkata Abu Nu`eiim : “Hadist ini telah
meriwayatkannya dari al Hasan segolongan dari kalangan at Taabi`iin
diantara mereka Yuunus bin `Ubeid dan Muhammad bin Juhaadah.”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : “Dan
yang paling terkuat sanad diantara keduanya ialah yang kedua, sampai
sampai as Sayuuthiy berkata di “al Lalaaliy” (1/235) : “sanad hadist ini
atas syarat (as Shohih).”
Kemudian beliau mengatakan :
“Sebenarnya memang demikian; kalaulah bukan al Hasan- dia adalah al
Bashriy- yang dikenal dengan “tadliis”, dan diperselisihkan tentang
mendengarnya dia dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, sebagaimana yang
telah diceritakan oleh at Thobaraaniy setelah menampilkan hadist ini
beliau berkata : “Sungguh dikatakan : sesungguhnya al Hasan tidak
mendengar dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu, dan berkata sebahagian
ahli `Ilmu : bahwa sungguh sungguh dia telah mendengar darinya.”
Sedangkan yang telah ditetapkan oleh al
Haafidz di dalam “at Tahdziib” bahwa dia telah mendengar darinya
sebahagian; akan tetapi ini tidak ada mamfa`atnya bagi seorang rawi yang
“mudallis” sampai dia betul betul menshorehkan bahwa dia telah
mendengar yang tidak akan menimbulkan penafsiran yang lainnya lagi.”
Kata asy Syaikh al Baaniy : “Betul;
diriwayat Abu Ya`laa perkataannya : “Saya telah mendengar Aba Hurairah”;
akan tetapi rawi yang meriwayatkan darinya (dari al Hasan) Hisyaam bin
Ziyaad- dia : Abul Miqdaam al Madaniy; dia rawi “matruuk”
(ditinggalkan)- sebagaimana yang telah dikatakan oleh an Nasaaiiy dan
adz Dzahaabiy dan al `Atsqalaaniy-, yang jelas keadaannya tersembunyi
bagi al Haafidz Ibnu Katsiir; maka beliau berkata di “at Tafsiir”
(3/563) : “sanad hadist ini jaiyid (baik).
2. Adapun hadist Jundub bin `Abdillah : telah meriwayatkannya Muhammad bin Juhaadah dari al Hasan dari Jundub.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibbaan (665-mawaarid).
`Illah(cacat)nya
sama seperti yang telah dijelaskan di atas, Cuma ditambahkan padanya
perselisihan pada Muhammad bin Juhaadah dalam sanadnya, kemudian pada al
Hasan itu sendiri
3. Adapun
hadist Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu : meriwayatkannya Abu Maryam dari
`Amr bin Murrah dari al Haarits bin Suweid dari Ibnu Mas`uud.
Dikeluarkan oleh Abu Nu`eiim (4/130)
dan berkata beliau : “Hadist ghariib (dho`iif/lemah), tidak
meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia adalah: `Abdul Ghaffaar
bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin (kelemahan).”
Berkata asy Syaikh al Albaaniy :
“Bahkan itu saja, lebih jelek dari itu; sungguh telah berkata tentangnya
Ibnul Madiiniy dan Abu Daawud : “Dia pemalsu hadist.”
4.
Dan adapun hadist Ma`qil bin Yasaar : meriwayatkannya Muslim bin
Ibraahim bin `Abdillah : telah menghadistkan kepada kami Abu `Umar ad
Dhariir : telah menghadistkan kepada kami al Mu`tamar bin Sulaimaan dari
bapaknya dari seorang lelaki dari Ma`qil.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy
rahimahullahu Ta`aala : “Sanad hadist ini gelap; Muslim bin Ibraahim
`Abdillah : saya tidak mengenalnya, dan lelaki yang disebutkan dalam
sanad hadist ini : majhuul (tidak dikenal), tidak disebutkan namanya,
dan saya kira dia adalah : (Abu `Utsmaan-bukan an Nahdiy); sesungguhnya
telah meriwayatkan al Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari Ma`qil
hadist yang lain tentang keutamaan ((Yaasin)), hadist ini telah saya
keluarkan dalam kitab : “al Irwaa” (3/150-151) dan “al Misykaah” (1622),
dan Abu `Utsmaan rawi yang tidak dikenal,- dia bukan an Nahdiy rawi
yang terpecaya.”
Kesimpulan :
Tidak terdapat pada jalan jalan hadist ini apa apa yang memungkinkan
untuk diberikan padanya satu hal menguatkannya, sungguh telah
diisyaratkan tentang demikian oleh al `Uqailiy dengan perkataannya
setelah menampilkan hadist ini : “Dan riwayat pada matan seperti ini
lemah”. Dan berkata ad Daaruquthniy : “Hadist ini sesungguhnya telah
diriwayatkan secara marfuu` dan mauquuf, dan tidak satupun yang shohih”.
Telah menuqilnya Ibnul Jauziy.
Sesungguhnya telah diriwayatkan
hadist ini dengan lafazh-lafazh yang lain pada sebahagiannya munkar
yang bersangatan; bahkan sungguh bekas pemalsuan atasnya jelas sekali,
dan telah terdahulu sebahagiannya dengan nomor : (169, 4634).
Peringatan :
al Haafidz al Mundziriy telah menyandarkan hadist ini didua tempat di
“at Targhiib” (2/222,257) kepada Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibbaan di
“shohihnya” dari Jundub bin `Abdullah. Tidak ada sebenarnya disisi Ibnu
as Sunniy kecuali hadist Abu Hurairah radhiallahu `anhu; seolah olah dia
menggiringkan hadist Jundub kepadanya! Dan ini merupakan sikap bermudah
mudah yang tidak disenangi padanya. Dan juga beliau menyandarkannya
ditempat yang pertama kepada Maalik. Mudah mudahan saja ketegelinciran
pena, atau tambahan pada sebahagian munuskrip; sesungguhnya saya tidak
menemukannya di “al Muwattho`”- Inilah tujuan penyandaran secara muthlaq
kepadanya- dengan mencari bantuan atas demikian itu dengan membuka
daftar daftar pembahasan pada hari ini, apakah yang khusus atau yang
lebih umum. (“Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah” 14/1/293-296 no.6623), karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.
Hadits Keempat:
6844- (إني فرضت على أمتي قراءة ((يس)) كل ليلة، فمن داوم على قراءتها كل ليلة ثم مات، مات شهيدا).
Artinya : "Sesungguhnya saya telah mewajibkan atas
ummat saya membaca surah Yasin setiap malam, maka barang siapa yang
selalu membacanya setiap malam, kemudian dia meninggal, meninggalnya
dalam keadaan syahiid."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : Hadist ini Maudhuu` (palsu).
Diriwayatkan oleh Abu asy Syaikh di "as Tsawab", dari
jalannya asy Syaikh asy Syajriy di "al Amaaliy" (1/118) berkata : telah
menghadistkan pada kami Ibnu Abi `Aashim : telah menghadistkan pada
kami `Umar bin Hafsh al Washaabiy : telah menghadistkan pada kami Sa`iid
bin Muusaa : telah menghadistkan pada kami Rabaah bin Zaid dari Ma`mar
dari az Zuhriy dari Anas marfuu`.
As Sayuuthiy menampilkan riwayat ini di "Dzeilul
Ahaadiist al Maudhuu`ah" (hal.24) dari riwayat Abi asy Syaikh, kemudian
beliau berkata : "Sa`iid rawi yang dituduh". Diakui oleh Ibnu `Iraaq di
"Tanziihus Syarii`ah" (1/267).
Dan dari jalan al Washaabiy disebutkan bahagian yang
kedua darinya- "barang siapa mengamalkannya terus menerus…."- at
Thobbaraaniy di "al Mu`jamus Shoghiir" (hal.210-Hindiyah), dari jalannya
al Khathiib di "at Taariikh) (3/245), dan berkata at Thobbaraaniy :
"menyendiri dengannya Sa`iid." Berkata al Haitsamiy di "al Majma`"
(7/97) : "diriwayatkan oleh at Thobbaraaniy di "as Shoghiir", padanya
ada Sa`iid bin Muusaa al Azdiy, dia pendusta."
Baginya masih ada hadist hadist yang lain, maudhuu`
(palsu) sangat jelas kepalsuannya, salah satunya di "as Sunnah" oleh
Ibnu Abi `Aashim (1/305-306/696).
Telah lewat baginya hadist yang ketiga dengan no. 594. (ad Dho`iifah 14/2/789 no.6844).
Hadits Kelima:
Dan pada bab ini juga dari jalan Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih dari sisi sanadnya, isnadnya lemah.
"Sunan at Tirmidziy (5/150).
وعن جندب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "من قرأ ((يس)) في ليلة ابتغاء وجه الله: غفر له."
Artinya : Dari Jundub radhiallahu `anhu berkata :
berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : "Barang siapa yang
membaca "Yaasin" pada malam hari mencari Wajah Allah, Allah Tabaaraka wa
Ta`aala mengampuni dosanya."
Berkata asy Syaikh al Baaniy rahimahullahu `Ta`aala : Hadist ini dho`iif (lemah).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu
Ta`aala : hadist ini diriwayatkan oleh Maalik dan Ibnu as Sunniy dan
Ibnu Hibban di "shohihnya", (6/312 no.2574 pent.), at Thobaraaniy di "al
Mu`jamus Shoghiir" (1/149) dan "al Ausath" (4/21 no.3509 pent).
Kemudian berkata asy Syaikh al Albaaniy : padanya ada
`an`anah al Hasan al Bashriy, sedangkan pengembaliannya kepada Ibnu as
Sunniy salah atau tidak disengaja, sesungguhnya disisinya no.(668) dari
jalan al Hasan dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu! Hadist ini juga
dikeluarkan oleh beliau di dalam "ad Dho`iifah" (14/293-296 no.6623);
dan berkata beliau : diriwayatkan dari hadist Abi Hurairah dan Jundub
bin `Abdullah dan `Abdullah bin Mas`uud dan Ma`qil bin Yasaar al Muzaniy
radhiallahu `anhum.
1. Adapun hadist Abi Hurairah : ini yang paling
masyhuur; dikeluarkan oleh ad Daarimiy (2/457), at Thoyaalisiy (2/23
no.1970), Ibnu as Sunniy (217/268), al `Uqailiy di "ad Dhu`afaa"
(1/203), Abu Ya`laa (11/93-94), Ibnu `Adiy (1/416 dan 2/299), at
Thobaraaniy di "al Mu`jamus Shoghiir" (hal.82 Hindi), di "al Ausath"
(4/304/3533), Abu Nu`eiim di "al Hilyah" (2/159) dan di "Akhbaaru
Ashbahaan" (1/252), al Baihaqiy di "as Syu`abu" (2/480/2462-2464), al
Khathiib di "at Taarikh" (3/253), Ibnul Jauziy di "al Maudhuu`aat"
(1/247) dari berbagai jalan dari al Hasan dari Abi Hurairah marfuu`an.
Dan berkata Abu Nu`eiim : "Hadist ini telah meriwayatkannya dari al
Hasan segolongan dari kalangan at Taabi`iin diantara mereka Yuunus bin
`Ubeid dan Muhammad bin Juhaadah."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : "Dan yang paling
terkuat sanad diantara keduanya ialah yang kedua, sampai sampai as
Sayuuthiy berkata di "al Lalaaliy" (1/235) : "sanad hadist ini atas
syarat (as Shohih)."
Kemudian beliau mengatakan : "Sebenarnya memang
demikian; kalaulah bukan al Hasan- dia adalah al Bashriy- yang dikenal
dengan "tadliis", dan diperselisihkan tentang mendengarnya dia dari Abu
Hurairah radhiallahu `anhu, sebagaimana yang telah diceritakan oleh at
Thobaraaniy setelah menampilkan hadist ini beliau berkata : "Sungguh
dikatakan : sesungguhnya al Hasan tidak mendengar dari Abi Hurairah
radhiallahu `anhu, dan berkata sebahagian ahli `Ilmu : bahwa
sungguh-sungguh dia telah mendengar darinya."
Sedangkan yang telah ditetapkan oleh al Haafidz di
dalam "at Tahdziib" bahwa dia telah mendengar darinya sebahagian; akan
tetapi ini tidak ada mamfa`atnya bagi seorang rawi yang "mudallis"
sampai dia betul-betul menshorehkan bahwa dia telah mendengar yang tidak
akan menimbulkan penafsiran yang lainnya lagi."
Kata asy Syaikh al Baaniy : "Betul; diriwayat Abu
Ya`laa perkataannya : "Saya telah mendengar Aba Hurairah"; akan tetapi
rawi yang meriwayatkan darinya (dari al Hasan) Hisyaam bin Ziyaad- dia :
Abul Miqdaam al Madaniy; dia rawi "matruuk" (ditinggalkan)- sebagaimana
yang telah dikatakan oleh an Nasaaiiy dan adz Dzahaabiy dan al
`Atsqalaaniy-, yang jelas keadaannya tersembunyi bagi al Haafidz Ibnu
Katsiir; maka beliau berkata di "at Tafsiir" (3/563) : "sanad hadist ini
jaiyid (baik)."
2. Adapun hadist Jundub bin `Abdillah : telah meriwayatkannya Muhammad bin Juhaadah dari al Hasan dari Jundub."
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibbaan (665-mawaarid).
`Illah (cacat)nya sama seperti yang telah dijelaskan
di atas, Cuma ditambahkan padanya perselisihan pada Muhammad bin
Juhaadah dalam sanadnya, kemudian pada al Hasan itu sendiri.
3. Adapun hadist Ibnu Mas`uud radhiallahu `anhu :
meriwayatkannya Abu Maryam dari `Amr bin Murrah dari al Haarits bin
Suweid dari Ibnu Mas`uud.
Dikeluarkan oleh Abu Nu`eiim (4/130) dan berkata beliau : "Hadist ghariib (dho`iif/lemah), tidak meriwayatkannya dari `Amr kecuali Abu Maryam-dia adalah: `Abdul Ghaffaar bin al Qaasim-: kuufiyun dalam hadistnya liin (kelemahan)."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : "Bahkan itu saja,
lebih jelek dari itu; sungguh telah berkata tentangnya Ibnul Madiiniy
dan Abu Daawud : "Dia pemalsu hadist."
4. Dan adapun hadist Ma`qil bin Yasaar :
meriwayatkannya Muslim bin Ibraahim bin `Abdillah : telah menghadistkan
kepada kami Abu `Umar ad Dhariir : telah menghadistkan kepada kami al
Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari seorang lelaki dari Ma`qil.
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Dikeluarkan oleh al Baihaqiy (2458).
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala :
"Sanad hadist ini gelap; Muslim bin Ibraahim `Abdillah : saya tidak
mengenalnya, dan lelaki yang disebutkan dalam sanad hadist ini : majhuul
(tidak dikenal), tidak disebutkan namanya, dan saya kira dia adalah :
(Abu `Utsmaan-bukan an Nahdiy); sesungguhnya telah meriwayatkan al
Mu`tamar bin Sulaimaan dari bapaknya dari Ma`qil hadist yang lain
tentang keutamaan ((Yaasin)), hadist ini telah saya keluarkan dalam
kitab : "al Irwaa" (3/150-151) dan "al Misykaah" (1622), dan Abu
`Utsmaan rawi yang tidak dikenal,- dia bukan an Nahdiy rawi yang
terpecaya."
Kesimpulan: Tidak terdapat pada jalan jalan hadist
ini apa-apa yang memungkinkan untuk diberikan padanya satu hal
menguatkannya, sungguh telah diisyaratkan tentang demikian oleh al
`Uqailiy dengan perkataannya setelah menampilkan hadist ini : "Dan
riwayat pada matan seperti ini lemah". Dan berkata ad Daaruquthniy :
"Hadist ini sesungguhnya telah diriwayatkan secara marfuu` dan mauquuf,
dan tidak satupun yang shohih". Telah menuqilnya Ibnul Jauziy.
Sesungguhnya telah diriwayatkan hadist ini dengan
lafazh lafazh yang lain pada sebahagiannya munkar yang bersangatan;
bahkan sungguh bekas pemalsuan atasnya jelas sekali, dan telah terdahulu
sebahagiannya dengan nomor : (169, 4634).
Peringatan: al Haafidz al Mundziriy telah
menyandarkan hadist ini didua tempat di "at Targhiib" (2/222,257) kepada
Ibnu as Sunniy dan Ibnu Hibbaan di "shohihnya" dari Jundub bin
`Abdullah. Tidak ada sebenarnya disisi Ibnu as Sunniy kecuali hadist Abu
Hurairah radhiallahu `anhu; seolah-olah dia menggiringkan hadist Jundub
kepadanya! Dan ini merupakan sikap bermudah mudah yang tidak disenangi
padanya. Dan juga beliau menyandarkannya ditempat yang pertama kepada
Maalik. Mudah-mudahan saja ketegelinciran pena, atau tambahan pada
sebahagian munuskrip; sesungguhnya saya tidak menemukannya di "al
Muwattho`"- Inilah tujuan penyandaran secara muthlaq kepadanya- dengan
mencari bantuan atas demikian itu dengan membuka daftar-daftar
pembahasan pada hari ini, apakah yang khusus atau yang lebih umum.
("Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah" 14/1/293-296
no.6623), karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.)
Hadits Keenam:
169- (إن لكل شيء قلبا، وإن قلب القرآن (يس)، من قرأها: فكأنما قرآ القرآن عشر مرات).
Artinya : "Sesungguhnya setiap sesuatu ada hatinya,
dan sesungguhnya hati al Quraan adalah ((Yaasin)), barang siapa yang
membacanya; seolah-olah dia telah membaca al Qur`aan sepuluh kali."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala : Hadist ini maudhuu` (palsu).
Dikeluarkan oleh at Tirmidziy (4/46, ad Daarimiy
(2/456 dari jalan Humeid bin `Abdirrahman dari al Hasan bin Shoolih dari
Haarun Abi Muhammad dari Muqaatil bin Hibbaan dari Qataadah dari Anas
marfuu`an. Berkata at Tirmidziy : "Hadist ini hasan ghariib, kami tidak
mengetahuinya kecuali dari jalan ini, sedang Haarun abu Muhammad majhuul
(tidak dikenal), pada bab ini juga dari Abu Bakr as Shiddiiq, tidak
shohih, sebab sanadnya lemah, dan pada bab ini juga dari Abi Hurairah
radhiallahu `anhu."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : demikian terdapat
pada kitab kami sunan at Tirmidziy; "Hasan ghariib", dan dinuqil oleh al
Mundziriy dalam "at Targhiib" (2/322), dan al Haafidz Ibnu Katsiir di
"at Tafsiirnya" (3/563), al Haafidz di "at Tahdziib", sesungguhnya
hadist ini lemah, sangat jelas kelemahannya, bahkan hadist ini maudhuu`
(palsu) dikarenakan Haarun, sungguh telah berkata al Haafidz ad Dzahabiy
ketika menjelaskan biografinya setelah dinukil dari at Tirmidziy dimana
beliau mengatakan dia rawi yang majhul : "saya berkata : saya
menuduhnya dengan apa yang telah diriwayatkan oleh al Qudhaa`iiy di
"Syihaabihi", kemudian dia menampilkan baginya hadits ini".
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : dia pada no. (1035).
Di dalam "al `Ial" (2/55-56) oleh Ibnu Abi Haatim :
"Saya bertanya kepada bapak saya tentang hadist ini? Beliau menjawab :
Muqaatil ini, adalah Muqaatil bin Sulaimaan, saya melihat hadist ini di
awal kitab yang dikarang oleh Muqaatil bin Sulaimaan, hadist ini hadist
bathil tidak ada ashol baginya."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : Demikian telah
dipastikan Abu Haatim-beliau al Imam al Hujjah- bahwa Muqaatil yang
disebutkan dalam sanad ini ialah ibnu Sulaimaan, namun demikian terdapat
di "sunan" at Tirmidziy dan ad Daarimiy "Muqaatil bin Hayyaan";
sebagaimana yang saya lihat, moga-moga saja kesalahan sebahagian dari
para rawi. Disokong lagi bahwa hadist diriwayatkan oleh al Qadhaa`iiy;
telah lewat, demikian juga Abul Fath al Azdiy dari jalan Humeid ar
Ruaasiy dengan sanadnya yang telah lalu dari jalan Muqaatil dari
Qataadah dengannya. Seperti ini dikatakan : "dari Muqaatil", tidak dia
sandarkan kepadanya, maka mengira sebahagian rawi bahwa dia adalah Ibnu
Hayyaan, disandarkan kepadanya, diantaranya al Azdiy sendiri, bahwasanya
disebutkan dari Waqii` bahwa beliau berkata tentang Muqaatil bin
Hayyaan : "disandarkan padanya kedustaan".
Berkata ad Dzahabiy : "Demikian dikatakan oleh Abul
Fath, saya mengira samar-samar atasnya diantara Muqaatil bin Hayyaan
dengan Muqaatil bin Sulaimaan, sedangkan Ibnu Hayyaan shoduuq, kuat
dalam hadist, sedangkan yang dianggap dusta oleh Waqii` adalah Ibnu
Sulaimaan. Kemudian berkata Abul Fath …."
Berkata al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala :
"Maka dia tampilkan sanad hadist sebagaimana yang telah disebutkan
sebelum ini, kemudian al Imam ad Dzahabiy mengomentari dengan
perkataannya : Saya berkata : "yang benar dia adalah Muqaatil bin
Sulaimaan."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy : "Apabila dia benar
ibnu Sulaimaan; sebagaimana yang telah dibenarkan oleh ad Dzahabiy, dan
lebih dipertegas lagi oleh Abu Haatim, maka hadist ini adalah maudhu`u
(palsu) secara muthlaq; karena- maksud saya- Ibnu Sulaimaan- kadzaab
(sangat pendusta); sebagaimana yang telah dikatakan oleh Waqii` dan
selainnya.
Kemudian ketahuilah bahwa hadist Abi Bakar yang
diisyaratkan oleh at Tirmidziy lalu beliau lemahkan, saya belum
menemukan matannya, sedangkan hadist Abi Hurairah radhiallahu `anhu,
telah berkata al Haafidz Ibnu Katsiir : "Manzhuurun (dikeritik) fiihi
(padanya)". Kemudian dia berkata : "Berkata Abu Bakar al Bazzaar : telah
menghadistkan kepada kami `Abdurrahman bin al Fadhl : telah
menghadistkan kepada kami Zaid bin al Habbaab: telah menghadistkan
kepada kami Humeid al Makkiy maulaa aali `Alqamah dari `Athoo bin Abi
Rabaah dari Abi Hurairah marfuu`an dengannya, tanpa perkataan : "barang
siapa yang membacanya….", kemudian al Bazzaar berkata : Kami tidak
mengetahui yang meriwayatkannya kecuali Zaid dari Humeid."
Berkata asy Syaikh al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala :
Dan Humeid ini majhuul (tidak dikenal); sebagaimana telah dikatakan
oleh al Haafizh di "at Taqriib", `Abdurrahmaan bin al Fadhl guru al
Bazzaar saya tidak mengetahuinya, dan hadistnya di "Kasyful Astaar"
dengan no.2304.
Dan hadist ini diantara hadist-hadist yang telah menghiasi as Sayuuthiy kitabnya "al Jaami`us Shoghiir", demikian juga as Shobuniy di "mukhtashornya" (3/154), dia menda`wakan bahwa dia tidak menyebutkan kecuali hadist yang shohih saja!, sekali-kali tidak; ini hanya da`waan belaka!
"Silsilatul Ahaadiist ad Dho`iifah wal Maudhuu`ah", karya al Imam al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala, (1/212-214 no.169).
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar