Soal: Apakah matahari berputar mengelilingi bumi?
Jawab: Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah
yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah
menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak
ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali
dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita
untuk menakwilkan dari dhahirnya. Di antara dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi
pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut:
1. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap orang yang membantahnya tentang Rabb:
فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.” (QS Al Baqarah: 258).
Maka keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
2. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim:
فَلَمَّا
رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـذَا رَبِّي هَـذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا
أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia
berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.’” (QS Al An’am: 78).
Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi niscaya Allah berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya.”
3. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَتَرَى
الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ
وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ
مِّنْهُ
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong
dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam
menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang
luas dalam gua itu.” (QS Al Kahfi: 17).
Allah
menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil
bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi
niscaya Dia berkata, “gua mereka condong darinya (matahari).” Begitu
pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan
bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit
dibandingkan firmanNya, “(condong) dan (menjauhi mereka).”
4. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al
Anbiya’: 33).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: berputar dalam suatu garis edar seperti edaran alat pemintal.
Penjelasan itu terkenal darinya.
5. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً
“Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (QS Al A’raf: 54).
Allah
menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak
dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
6. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى
النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ
الْغَفَّارُ
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam
dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS Az Zumar: 5).
FirmanNya:
“Menutupkan malam atau siang” artinya memutarkannya atasnya seperti
tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang
atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan
siang) niscaya Dia berkata, “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang.”
Dan firmanNya, “matahari dan bulan, semuanya berjalan” menerangkan apa
yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan
dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan
yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada
menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.
7. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.” (QS Asy Syams: 1-2).
Makna
(mengiringinya) adalah datang setelahnya, dan itu dalil yang
menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi.
Seandainya bumi yang berputar mengelilingi keduanya tidak akan bulan
itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bulan mengelilingi
matahari dan kadang matahari mengiringi bulan, karena matahari lebih
tinggi daripada bulan. Dan untuk menyimpulkan ayat ini membutuhkan
pengamatan.
8. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَآيَةٌ
لَّهُمْ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم
مُّظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ
الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى
عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن
تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي
فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar)
bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka
dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan
telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia
sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan
yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya.” (QS Yaa Siin: 37-40).
Penyandaran
kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar /
batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Mengetahui menunjukkan bahwa itu
adalah jalan yang haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas
(waktu). Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan
perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang
berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu untuknya bukan untuk
bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului
siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan,
malam, dan siang.
9. Dari Abu Dzarr,
sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda pada suatu
hari “Tahukah kalian kemana matahari ini pergi?” Para sahabat menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya matahari ini beredar/berjalan sampai berakhir ke tempatnya di bawah ‘Arsy maka dia tersungkur sujud,
terus-menerus dia dalam keadaan demikian sampai dikatakan kepadanya:
“bangkitlah/angkatlah (dirimu) dan kembalilah dari tempat kamu datang”, maka
matahari tersebut kembali lalu terbit dari tempat terbitnya kemudian
beredar lagi sampai berakhir ke tempatnya di bawah ‘Arsy lalu dia
tersungkur sujud dan terus menerus dalam keadaan demikian
sampai dikatakan kepadanya: “angkatlah dan kembalilah dari tempat kamu
datang”, lalu dia kembali dan terbit dari tempat terbitnya (sebagaimana
biasa) kemudian dia kembali beredar, yang manusia tidak akan
mengingkarinya sedikitpun, sampai berakhir ke tempatnya yaitu di bawah
‘Arsy maka dikatakan kepadanya “angkatlah dan jadilah kamu terbit dari
arah terbenammu” maka matahari itu terbit dari arah terbenamnya,
kemudian Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?” Hal
itu terjadi ketika tidak bermanfaat keimanan seseorang bagi dirinya,
yang dia tidak beriman sebelumnya atau berusaha dengan kebaikan dalam
keimanannya” (H.R. Al-Imam Muslim).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu dan matahari telah terbenam, “Apakah kamu tahu ke mana matahari
itu pergi?” Dia menjawab, “Allah dan RasulNya lebih tahu.” Beliau
bersabda, “Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian
minta ijin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta ijin lalu
dia tidak diijinkan. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Kembalilah dari
arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya).’”
Atau sebagaimana beliau telah bersabda (Muttafaq ‘alaih).
Dalam
hadits setelah ini, dari Abu Dzarr berkata, saya menanyakan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa-sallam tentang firman Allah Ta’ala: “Wasysyamsu tajrii limustaqarrillahaa?” (Dan matahari beredar/berjalan di tempat peredarannya), Rasulullah bersabda: “tempat peredarannya adalah di bawah ‘Arsy”. (H.R. Al-Imam Muslim).
PerkataanNya:
“Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat
terbenamnya” sangat jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang
berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit
dan terbenam.
10. Hadits-hadits yang banyak
tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas
tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak dari bumi.
Boleh
jadi di sana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan
sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa
yang saya maksudkan wallahul Muwaffiq.
Rujukan: Majmu’ Fatawa karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dan Shohih Muslim.
Sumber :
Buletin Al-Wala’ wal Baro’ Edisi ke-35 Tahun ke-1 / 15 Agustus 2003 M / 16 Jumadits Tsani 1424 H
Link Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar